29-8-2012
Source Pict : Dikutipcom
Malam itu aku terkukuh melihat
diari hari b*ajingan yang terus mungukir segerombolan tingkat nafsu. Darahku
telah mongering artinya niat kebaikan. Roda terus memanas menjadi dosa yang
bergelimangan, menumpuk seakan menjadi pamor terbaiknya kala itu. Tangis takkan
berlinang di roda2 mataku kalau aku tak mendapatkan puncak kebahagian itu.
Tibalah saat ditunggu bak klimaks dalam sebuah cerita akan menemukan suatu
titik utamanya.
Hanya karna aku tak memiliki
tulang rusuk, nafas kini terus terengah pada manusia labil yang haus akan rasa
sesuatu didunia neraka sana. Takkan ada yang menolong jika aku masih termenung
sendiri melihat sepasangan itu berkelahi mencari hal ia butuhkan. Terus dan
terus melihat dan aku merasa bak menjadi seperti mereka. Tak pelak bisa kutaklukkan
niat neraka setan yang terus membludak melototi tontonan diharian hariku.
Saat aku tak pernah terbangun
oleh merahnya terbit matahari, yang mengutarakan rasa bagi si pencari rezeki
nan bergegas menyentuh sepoian dari tangan Tuhan. Tak sedikitpun aku merasa
terkucilkan oleh impianku sendiri. Terkadang sesal terus membakar tubuh dan
meracuni seni2 lidah pikiranku. Tapi aku kenapa tak pernah sadar jua akan hal
yang aku cari dan harus aku dapatkan. Doa memang terus aku panjatkan, berserah,
zikir hingga menceburi diri ke suri teladan yang baik. Tapi pondok hingga
hunian setan telah meluber membuntuti hariku sehingga rasa takut kepada Tuhan
terus aku abaikan. Ya Allah, kini bersamamu Engkau telah menyaksikan sendiri
fenomena apa yang telah aku perbuat. Aku meracuni diriku sendiri seakan aku
nanti ingin sekali merasakan perihnya lumuran neraka itu. Sadarkan aku ya Rabb.
Nafas sebagai hamba atau
khalifah-MU masih selalu ada di hati kecilku, namun maafkanlah salah atas
ketidak bersyukuranku demi apa yang aku ingin. Aku bagai tersengat lintah,
hidup terhuyung-huyung tak tau arah mencambukku. Rasa ini telah mati karna
kesendirian. Aku tau bahwa tulang rusuk ini telah Engkau hadirkan untukku,
tingga aku menunggu kapan waktunya akan menjemput rezeki itu.nasi memang telah
menjadi bubur, namun hendak semestinya kita membiarkannya terbuang begitu saja.
Pasti masih ada yang membutuhkannya.
Sedikit rasa yang aku alami kala
aku menonton film, terus rasa iri dan iba terhadap diriku sendiri membacok
leherku. Dampaknya begitu mendalam terdap egoku ketika menilai orang lain yang
begitu rendah. Begitu sengit nasib bertukar nasib. Terlalu pedas untuk
disaksikan ketika aku mersa menjadi seperti mereka.
Aku yakin kini, Allah telah
menghukumku, menyetop rezeki dan keberkahan serta rasa bahagia yang bisa aku
terima. Namun inilah salahku, troma tak juga menyemprot batinku untuk bertobat.
Masih terus lapar akan dosa.
Aku punya mimpi yang tinggi
sekali, tapi ketidak cocokan atas hal yang telah aku tanam. Terkadang aku
sering lupa untuk menyiram dan member pupuk untuk pertumbuhannya gar bisa aku
dapat hasilnya nanti. Aku hanya berccok tanam pada hasilnya nanti. Kebiasaan
mati ini terus aku bawa2 samapai aku tak berdaya ditelan rasa pilu membisu dan
membekas menjadi hal tak disukai.
Merana, merajuk melelahkan hidup.
Seperti waktu yang tak ingin memperingati kebaikan untukku lagi. Tulang rusuk
ini pasti ada jika aku terus sabar dalam menanti hari yang lebih tepat nanti.
SILAHKAN COPY JIKA ARTIKEL INI MENARIK NAMUN HARAP CANTUMKAN SUMBERNYA
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
terima kasih telah berkunjung sobat.
Silahkan komentar,kritik dan sarannya
setidaknya tegur sapa.heheh