9-8-2012
Source Pict : http://blogs.itb.ac.id/basarlukas
Aku bergejolak bungkam dalam
bayang merasuk di imajinasi. Ditingkat tinggi ragaku melayang berpikir tanggap
dalam pembelajaran. Saat pagi buta mata masih setengah tidur, suara bergumam.
Terkaget aku bahwa itu dari abgku. Ia mengajak aku sahur.terbata mata mulai
bordering perlahan. Aku terbangun santai. Hingga menikmati keadaan seadanya
menyelimuti hari sahurku. Makan sahur ditemani dengan gulai rendang buatan
ibuku. Tersa sedap walap kondisi badan tak begitu menyenangkan. Beda ketika
saat aku masih di pare. Memang masakan ibu selalu terbaik dari siapapun. Hooom,
rada aku menguap masih menahan kantuk. Dalam kebiasaan, aku hanya berkumur
tanpa menyuci muka terlebih dahulu. Kunikmati hiddangan seadanya itu, hingga
habis tak bersisa. Seperti keseharian sahur, rasa malas itupun melonggar di
setiap aroma pikiran. Mengajak aku hingga menaruh lelah dalam tekan, seperti
tak tidur 3 hari. Kusibak badan terduduk di atas kasur, berharap bisa tertidur
pulas hingga esoknya.
Tak lama mataku bernada. Hapus
sudah imanku, oleh segenap kemalasan yang kian menghampiri. Aku tertatap pada setengah
siang, sekitar pukul 10.15an. dengan sedetil langkah aku harus beranjak dari
tempat tidur. Mencoba lebih keras terhadap diri. Sungguh penyesalan itu melukis
terus di dahiku, kala aku terus meniggalkan kewajiban yang seharusnya aku
lakukan. Aku tak percaya bahwa ibu tak membangunkanku seperti biasanya. Terus
hal ini menjadi hikmah bagiku. Tapi, belum juga untuk sekarang. Alhasil, tak
lepas aku dari puasa, begitu jauh dari kesempurnaan. Masih ragu atas puasa ini,
apakah, ini lebih baik dari yang kemarin? Aku rasa tidak. Semua berjalan
seperti dosa seadanya. Bukankah hal lebih baik itu bila hari ini lebih baik
dari hari kemarin. Kenapa aku?
Seperti inikah makananku
sehari-hari”. Tak lepas dari berbuat dalam mengalir hal yang berlumur
dosa.seadanya disiang hari, mata tertuju pada hal menonton apa yang bisa
ditonton. Lenguh waktu terbuyar pada air dipegunungan.mengalir begitu derasnya.
Sebenarnya singkap aku selalu berpikir bahwa ini adah hal bodoh dalam
keseharian yang tak pernah berakhir. Berlarut dalam angan, namun tak pernah
tegas dalam bertindak.goblok! sepatutnya aku terus menghina diri dalam keadaan
seperti ini selalu. Ingin rasanya berkumpul dalam hal mengasikkan bersama teman
didunia luar. Asik, canda taw aria. Membantu adrenalin pikiran serta improve daya pikir pikiran terus
melambai pada kekuatan bergerak menujuk sang dream.percakapan rutin, atas diri sendiri.sayang, aku tak punya
kaca yang sekiranya besar untuk melihat seperti siapa diriku, karakter serta
belajar mnejadi serapan ilmu2 orang lain.
Hingga tengah hari datang. Saat
aku ke dapur.bertepatan denga ibu yang baru pulang. “pai ketempat ante awak lah
pedi. “sahut ibu mengajakku. “manga ditu bu” tanyaku penasaran.” Antaan karupuk
jo bareh se,:saut ibu. Iyo bu,”jawabku lagi
SILAHKAN COPY JIKA ARTIKEL INI MENARIK NAMUN HARAP CANTUMKAN SUMBERNYA
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
terima kasih telah berkunjung sobat.
Silahkan komentar,kritik dan sarannya
setidaknya tegur sapa.heheh