29-7-12 B
Source Pict : PravsWorld
Seperti biasa disetiap waktu
subuh aku yang terbangun, sekarang karna hp yang bergetar membangunkan tidur
lepas lelahku.ku angkat, “halo” sahutku. “Jadi ang makan,”balas abgku untuk
menanyakan. “iya jadi,”jawabku kembali, hingga waktunya tiba sektar jam 4 aku
segera membuka pintu yang ternyata bg aku telah tiba.”tok tok tok, pedi.”sontak
bg aku dari luar.kubuka pintu dan ku sigap cepat nasi bungkusnya, perlahan ku
buka karet dan bungkusnya hingga tampak ternyata sambalnya ayam. “Lumayan nih
nasi padang,”pintaku dalam hati.tampak lelah aku ke belakang menyusuri keran
untuk membasuh tangan.srrrrrssrr,bunyian air yang terguyur membersihkan setiap
sela jariku. Berjalan dank u lahap langsung nasinya karna sudah lumayan lama
udah gak makan nasi padang.
Santai saja aku makan, hingga aku
terasa ingin muntah tak bisa menghabiskan semuanya. Sungguh masih banyak nasi
yang masih tergeletak.seru hatiku yang mengembun sedih,”pasti diluaran sana
banyak yang mebutuhkan makanan yang enak ini, sementara aku tak pernah
bersyukur, selalu ku sisakan rizki dari Allah yang berlimpah ini”desah hatiku
sedih, mendengar seringai cerita hatiku yang penuh kepedulian,tapi tidak untuk
ragaku.
Kubuang saja semuanya sekitar
hampir setengah yang tersisa seperti berimah disalamnya.lantas aku mulai
bersantai ria sambil nonton televisi yang juga bantal empuk tersandar saat aku
terduduk kekenyangan diatas ranjang. Tak lama bercengkrama melihat
perangai tv, aku yang begitu lelah ingin
segera mengakhiri kedipan mataku. Ku bentang selimut untuk menghaangatkan
sekujur tubuhku yang mungil.
Sunrise hingga dinginya pagi hari
tak dapat membangunkan untuk aku melaksanankan panggilan dari Allah. Perangai
yang terus menjadi saat rinai “Assolatukhoirumminannaum” hanya terlewat dari
luar telinga. Yang penting nafas santai terus mendengus di balik tidurku yang
pulas. Agak siang aku terbangun sekitar jam 9 pagi. Rezeki sudah telah terbang
bersama debu.
Hal pertama yang terpikir adalah
kenyamanan mulutku, yang terasa lenyek,lengket dan tak nyamannya membuat aku
terus gelisah. Ku ambil saja perlengkapan mandi, langsung ku gosok gigi dengan
santai.selesai sudah, tivi yang pertama dihidupkan untuk menemani setiap rasa
sepi yang meresah disetiap waktu. Aku tak pernah tau apa ini atas kesombongan
yang terus ku pelihara dan meredam sampai sekarang ini sampai aku tak pernah
peduli pada orang2 disekitar yang terkadang begitu peduli padaku.
Berjalan seraya waktu yang tak
akan berrhenti, terus bergulung berputar hingga siang begitu cepat tak tersa
bagiku. Aku hidupkan kembali laptop, karna penasaran atas film yang belum aku
tonton. Begitu saja hidupku yang mengalir tanpa tugas yang merkah.memang
pikirku terus merdeka bahwa hidup seperi ini bagai air yang tenag tanpa badai.
Namun dibalik rasa aku tersadar bahwa hidup juga harus punya, tantang serta
pelajaran yang bergema di setiap lubuk detik waktu yang harus aku manfaatkan.
Jarak yang terbentang luas dari orang tua memang terus membuat aku sadar arti
mengapa aku berada jauh disana. Inilah tuntutan yang harus aku kejar dan
melawan semua kemalasan yang terjadi. Mengalahkan putus asaku yang bergeming
terbgiabg dalam suasana rasa takut bagai hidupku sadis yang terus dihantui
ketakutan dalam masa depan hingga masa lalu larut mencium aroma untuk diperlihatkan.
Pantaslah suhu hati lemah ini semakin low.
Berbagai cerita aku serap yang
menyerbu setiap puing2 jaringan otakku agar nantinya bisa membentuk imajinasi
yang merekah menjadi kisah paling gempar didunia. Karna tinggal waktu yang
mentukan, semua kekuatan sama tinggal bagaiman kita yang sanggup bertahan dalam injakan pedas setiap rasa
sakitnya dihina dan dikucilkan teman terdekat.
Sore yang begitu cepat, matahri
merubah cahaya menjadi mendung. Terciptalah kesejukan hikmat bergelora di
kudukku. Sambil aku melihat tayangan di tv acara “sebuah nama , sebuah cerita”.
Yang bercerita kisah hidup actor yang
baru sangat booming “LUKMAN SARDI”. Karna
memang aku akui bahwa setipa acting begitu menakjubkan tanpa ada sesuatu yang
tidak enak dipandang oleh mata. Bagitu banyak cerita dari hingga dia menjadi
seorang yang bukan siap2. Dulu dia memang bukan bercita-cita menjadi actor,
cita”nya adalah seorang militer. Sampai2 setiap kostum dan pistol yang dia
koleksi hanya untuk meniru betapa dia cintanya akan profesi itu.”itu sekitar
saya masih kelas 4 sd kalau gak salah,” ungkapnya ragu. Berbagai komentar dari
teman, istri, adik ipar hingga kakaknya
merespon positif atas pencapaiannya. Bahwa dia adalah typical seseorang yang kuat serta tak pernah puas atas apa yang ia
dapat. Dan ia juga menceeritakan ketika dia masih lajang, dia yang tak pernah
ingin berpacaran. Hanya berjalan begitu saja hidupnya, karna dalam mencari
jodoh, dia harus mencari yang benar bisa mengerti setiap aktivitas dan
kesibukannya. Sampai suatu ketika assistan producer yang pernah dia menjadi
actor dalam film laga. Dia bercerita bahwa, ia sangat nyaman ketika bersamanya.
Waktu yang mendekatkan mereka hingga kenyamanan terus terukir disetiap waktu.
Dekat dan terus menjadi dekat begitu nyamannya. Selitar 3,5 tahun ia menjalin
bersama kisah itu hingga berbagai duka atas orang tua sang wanita yang
menentangnya.”mau kau kasih makan apa anakku,”uangkap orang tua sang gadis.
Tapi dia tak pernah patah arah, dia yakin bahwa jodohnya telah didepan mata.
Dia terus mencari cara agar hidupnya berubah. Suatu hari ia yandapat tawaran
film, ternyata sangat cocok dengan setiap karakternya. Typical orang yang gigih dan penyemangat terus menghembuskan
nadinya untuk bangkit hingga dia bisa menjadi sampai sekarang ini. Ada pesan
yang bgeitu menyentuh buih di alam piker dan batinku. Bahwa “jika ingin
berkerja, bekerjalah total, tidak setengah” tangkasnya meyakinkan orang banyak.
Sampai habis aku tonton terus kisahnya.
Gelap yang telah menyapa, dalam
keadaan hampir begitu sore aku mandi dengan segarnya. Serinai wajah tak
sesemangat dulu. Aku bagau terasuk setan jawaht yang begitu gencarnya merawatku
dalam rasa kemalasan didri. Ntah sampai kapan aku bisa seperti ini, bahwa semua
perubahan ada padaku sendiri. Aku harus bangkit atas kesadaranku sendiri.
Takkan ada yang bisa menolong kecuali nyali yang peka.
Aku mulai pergi keluar dan di
bonceng abgku memakai Jupiter merah tahun 2007. Sekitar 15 menit lagi waktu
baru menunjukkan jarumnya untuk bedug. Aku hanya terduduk disamping apotik. Abg
aku yang masih keluar sebentat ternyata telah kembali dan memwakanku sebotol
mizone. Lantas waktu yang berdetik, hingga tinggal 5 menit lagi, aku membeli
gorengan. Ada tahu, resoles dan gorengan lainnyaku seduh sudah mizone tadi karna
beduk telah menampkkan bunyinya dari bali mesjid seberang sana. “Ahhhh,
Alhamdulillah,”laksana hatiku yang bersyukur.gorengan yang masih tersisa tak
termakan lagi. Sungguh mubazir.aku yang langsung pulang setelahnya, langsung
santai menonon lagi di laptop. Berjalan sudah semua seperti biasa lagi.
SILAHKAN COPY JIKA ARTIKEL INI MENARIK NAMUN HARAP CANTUMKAN SUMBERNYA
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
terima kasih telah berkunjung sobat.
Silahkan komentar,kritik dan sarannya
setidaknya tegur sapa.heheh